Ramen-Filled Adventure

The Origins of Ramen: A Culinary Journey

 

The captivating history of ramen traces its roots back to Chinese noodle dishes, which made their way to Japan in the late 19th century. Initially referred to as “shina soba,” meaning Chinese soba, early Japanese adaptations of these wheat noodles included various broth bases and toppings. These culinary offerings were primarily found in port cities and urban areas, catering to the burgeoning population looking for nourishing and satisfying meals.

As ramen evolved, it began to assume a unique identity in Japanese cuisine. The early 1900s saw the introduction of soy sauce and miso broths, which diversified the flavor profiles and prepared the groundwork for regional variations. Each prefecture in Japan started to develop its own distinctive ramen types, manifesting the local tastes and available ingredients. For example, tonkotsu, or pork bone broth, from Fukuoka emerged as a popular favorite, while the lighter shoyu ramen hailing from Tokyo captivated the hearts of many.

Cultural significance also plays a pivotal role in the ramen narrative. Beyond its gastronomic appeal, ramen has ingrained itself in Japanese society as a comfort food, often enjoyed during casual meals or late-night outings. The post-war era, marked by a significant increase in ramen shops, ushered in a transformation of this dish into a symbol of resilience and resourcefulness. It thrived within the context of Japanese economic growth and ever-evolving culinary trends, garnering attention from global food enthusiasts.

The traditional ingredients of ramen —such as the wheat noodles, rich broth, and carefully curated toppings— continue to define authentic ramen today. Cooking methods, from long simmering broths to flash-frying noodles, highlight the dedication artisans place on creating the perfect bowl. As such, ramen has transcended its origins, positioning itself as a beloved staple that celebrates both history and innovation in Japan's culinary landscape.

Japan in a Bowl: A Ramen-Filled Adventure

Discover the captivating history of ramen, tracing its roots from Chinese noodle dishes to its evolution in Japan. Explore the cultural significance of this beloved noodle dish, its various styles like Shoyu, Miso, Tonkotsu, and Shio, and learn how to create your own delicious bowl of ramen at home. Delve into the rich flavors and techniques that define authentic ramen, celebrating both tradition and innovation in Japan's culinary landscape.

Tim Persik Kediri saat bertanding melawan Persis Solo berakhir dengan skor 0-0 setelah gol Persik sempat dianulir dalam laga lanjutan Liga 1 Indonesia 2024-2025 di Stadion Brawijaya, Kediri, Jawa Timur, Jumat malam.

 

Pertandingan di antara kedua tim berjalan dengan cukup alot. Tim tamu, Persis Solo mendominasi permainan.

Persik harus kehilangan satu pemainnya Fergonzi, yang dinilai melakukan pelanggaran keras terhadap Sutanto Tan, usai meninjau VAR di menit ke-5 pertandingan.

 

Kendati bermain dengan 10 pemain, Persik juga berusaha untuk meraih gol di kandang sendiri. Di hadapan ribuan suporter yang memenuhi Stadion Brawijaya, Kediri, tidak menyurutkan langkah anak asuh dari Marcelo Rospide tersebut.

 

Beberapa peluang tercipta dari Persik Kediri. Pemain Persik Majed Osman berkesempatan mencetak gol, namun gagal di penyelesaian akhir. Tendangannya melebar tipis di sisi gawang Persis Solo.

 

Peluang emas juga didapatkan Persik di menit ke-34 melalui tembakan Khanafi dari jarak dekat. Namun, masih gagal dalam penyelesaian akhir.

 

Baca juga: Persik Kediri usung misi bangkit ketika jamu Persis Solo

 

Terancam beberapa kali, membuat Persis solo juga tidak tinggal diam saja. Tendangan dari pemain Persis Solo, Sho Yamamoto hampir saja membahayakan gawang Persik yang dijaga Ramadhan Sananta. Hingga babak pertama usai, skor di antara keduanya masih sama 0-0.

 

Memasuki babak kedua, tempo permainan makin meningkat. Persik sebenarnya berhasil mencetak gol di menit ke-72, namun dianulir. Wasit membatalkan gol tersebut setelah meninjau VAR.

 

Saat pertandingan, juga sempat terjadi insiden mati lampu hingga 15 menit, hingga kemudian menyala kembali. Kendati begitu, hasil akhir pertandingan masih tetap sama berakhir 0-0.

 

Sementara itu, Pelatih Persik Kediri Marcelo Rospide mengatakan sangat sulit bagi timnya untuk bermain hanya dengan 10 orang setelah satu pemain terkena kartu merah.

 

"Sangat sulit kami main dengan satu orang terkena kartu merah, padahal baru berjalan. Kami sudah main bagus, menciptakan peluang. Jadi, kami berjuang jadi ini bukan masalah taktik," kata Marcelo.

 

Baca juga: OKS ungkap kunci kemenangan Persis Solo atas Persebaya Surabaya

 

Ia mengakui ada beberapa pemainnya yang mengalami cedera, namun pihaknya tentunya punya kebijakan dengan pemain alternatif lain untuk bertanding di pertandingan selanjutnya.

 

Pelatih Persis Solo Ong Kim Swee mengatakan pihaknya harus menyalahkan diri sendiri karena gagal mencuri poin penuh di kandang Persik.

 

"Kami harus menyalahkan diri sendiri. Walaupun dari awal 10 (Persik Kediri) pemain mengimbangi Persis," kata dia.

Ia pun mengatakan kebiasaan pemain dengan 10 orang tentunya akan bermain bertahan. Beberapa peluang yang tercipta buru-buru dan tidak tepat.

 

Dengan hasil akhir ini, Persik berada di peringkat ke-7 klasemen sementara dengan 33 poin dan Persis Solo di peringkat ke-17 dengan dengan 18 poin.